Jumat, 28 April 2017

Pengkhianatan Syi’ah dalam Lembaran Sejarah (bagian 2)

Betapa mulia nilai sebuah kejujuran. Sebaliknya, kedustaan akan mengubah kejayaan menjadi kerendahan. Kehancuran sebuah bangsa tidak hanya disebabkan oleh kelemahan sistem. Dalam tinjauan sejarah, ditengarai di antara sebabnya adalah pengkhianatan. Di antara pengkhianat itu, Syi’ah sebagai dalangnya.

Paparan berikut ini mengetengahkan sekelumit sejarah runtuhnya daulah Abbasiyyah. Tersaji dari sejumlah karya tulis para ulama. Di antaranya adalah kitab al-Bidayah wan Nihayah karya Imam Ibnu Katsir rahimahullah, seorang ulama besar bermadzhab Syafi’i.

Sekilas Tentang Daulah Abbasiyyah
------------------------ ------------------------
Daulah ini didirikan pada tahun 132 H berpusat di Kufah, selanjutnya pindah ke Baghdad. Daulah Abbasiyyah berkuasa selama 524 tahun. Menguasai Bahrain, Oman, Hijaz, Yaman, Persia, Khurasan, Mosul, Armenia, Azerbaijan, Syam, Mesir, Afrika, dan India.

Para khalifah yang memimpin daulah Abbasiyyah berjumlah 37 khalifah. Khalifah pertama daulah ini bernama Abul ‘Abbas as-Saffah. Beliau dibaiat pada bulan Rabiul Awwal 132 H di Kufah. Merupakan keturunan sahabat Nabi yang bernama ‘Abdullah bin ‘Abbas. Karenanya, daulah ini disebut dengan daulah Abbasiyyah.

Adapun khalifah terakhir daulah ini adalah al-Mus’tashim Billah. Beliau meninggal pada tahun 656 H di Baghdad, dibunuh oleh pasukan Tartar. Dengan itu maka berakhir pula masa pemerintahan daulah Abbasiyyah.

Latar Belakang Pengkhianatan
------------------------ ------------------------
Kabilah-kabilah Tartar (Mongol) yang menetap di pegunungan Mongolia dan Siberia berhasil dipersatukan oleh Jenghis Khan, nama aslinya adalah Temujin. Para penyembah matahari ini selanjutnya memulai invasi militernya pada awal tahun 616 H.

Mereka terus maju dan berhasil menguasai sejumlah wilayah Islam seperti Bukhara, Samarqand, Hamadzan, Maru, Naisabur, dan lainnya secara berurutan.

Sebabnya, karena sebelumnya para pedagang Tartar masuk ke wilayah Islam membawa harta yang banyak dalam rangka jual beli. Namun mereka dibunuh oleh pasukan Khawarizm Syah karena dicurigai sebagai mata-mata. Bahkan raja Khawarizm Syah membunuh utusan Tartar, menyerang pemukiman mereka, dan menawan sebagian penduduknya.

Pasukan Tartar terus melanjutkan perjalanannya hingga sampai di wilayah Irak, pusat daulah Abbasiyyah.

Memasuki tahun 656 H, khalifah saat itu adalah ‘Abdullah al-Mus’tashim Billah, dengan seorang perdana menteri yang bernama Muhammad Ibnul ‘Alqami, pengikut Syi’ah Rafidhah yang mengafirkan para sahabat dan istri Nabi n. Paham sesat yang membelenggu sanubarinya membuatnya tega melakukan tindak kejahatan terhadap kaum muslimin.

Apalagi, pada tahun 655 H telah terjadi peperangan antara Syi’ah Rafidhah dan umat Islam di daerah Karkh. Syi’ah kalah, dan sejumlah wilayah mereka dikuasai. Termasuk rumah-rumah kerabat Ibnul ‘Alqami. Dia pun marah dan merencanakan pembalasan yang jauh lebih besar.

Ditambah pula dengan keberadaan Nashiruddin at-Thusi yang berakidah Syi’ah Ismailiyyah, mantan menteri Syams as-Syumus penguasa negeri Qila` al-Almut yang sebelumnya juga sebagai menteri di masa sang ayah (penguasa sebelumnya) yang bernama ‘Alauddin. Kemudian menjadi antek pasukan Tartar dan orang dekat pemimpin Tartar, Hulako Khan.

Langkah Awal Pengkhianatan
------------------------ ------------------------
Ibnul ‘Alqami berusaha keras untuk memperlemah kekuatan daulah saat itu. Dia mengurangi jumlah tentara dengan alasan keuangan negara sedang defisit. Pada khalifah sebelumnya, pasukan Abbasiyyah mencapai 100.000 tentara. Jumlah ini terus dikurangi olehnya hingga menjadi 10.000 tentara saja.

Kondisi ekonomi tentara tersebut sangat memprihatinkan, banyak dari mereka meminta-minta di pasar atau di depan masjid. Ibnul ‘Alqami juga membocorkan rahasia negara serta kondisi daulah kepada raja Tartar yang bernama Hulako Khan, cucu dari Jenghis Khan.

Lebih parah dari itu, Ibnul ‘Alqami memprovokasi Tartar untuk menyerbu daulah Abbasiyyah. Menjelaskan bahwa semuanya akan berjalan dengan mudah, karena dia telah mengatur segalanya.

Kedatangan Pasukan Tartar
------------------------ ------------------------
Pada 12 Muharram 656 H, bangsa Tartar datang dengan kekuatan penuh berjumlah 200.000 tentara. Dengan bantuan Badruddin Lu’lu’, raja Mosul yang berakidah Syi’ah, mereka mengepung Baghdad menggunakan manjaniq (ketapel pelontar berukuran besar) berjumlah banyak.

Di saat-saat genting, Ibnul ‘Alqami bersama keluarga dan para pegawainya keluar menemui Hulako Khan, memberikan sambutan dan sejumlah hadiah. Lalu Ibnul ‘Alqami kembali dan menyarankan Khalifah untuk menemui Hulako Khan, membuat kesepakatan damai dengan memberikan setengah hasil devisa negara kepada pihak Tartar. Khalifah pun menyetujuinya.

Khalifah menemui Tartar bersama rombongan berjumlah 700 orang terdiri dari para pejabat, para hakim, fuqaha’, dan lainnya. Tatkala hampir mendekati markas Hulako Khan, mereka dilarang masuk kecuali hanya 17 orang saja.

Bertemulah Khalifah dengan Hulako Khan. Ditanyai dengan banyak pertanyaan, al-Mus’tashim malah menjawab dengan nada bergetar ketakutan.

Adapun mayoritas rombongan yang di luar, seluruhnya dibunuh dan dirampas hartanya oleh pasukan Tartar. Selanjutnya, Khalifah kembali dengan ditemani Ibnul ‘Alqami dan Nashiruddin at-Thusi.

Istana kerajaan dalam pengepungan pasukan Tartar. Mereka menyita emas, permata, mutiara, dan berbagai barang berharga lainnya dari dalam istana. Khalifah, keluarga, dan para pejabat di dalamnya dirundung ketakutan.


Runtuhnya Daulah Abbasiyyah
------------------------ ------------------------
Rabu 14 Safar, Khalifah menemui Tartar untuk kedua kalinya. Meski awalnya bimbang, akhirnya Hulako Khan mengeluarkan perintah bunuh berkat bujukan Ibnul ‘Alqami dan Nashiruddin at-Thusi. Khalifah dibunuh dengan cara dimasukkan karung agar darahnya tidak menetes ke tanah, lalu ditendang bertubi-tubi hingga meninggal pada usia 46 tahun.

Setelahnya, seluruh pasukan Tartar menyerbu Baghdad dari segala penjuru tanpa ada perlawanan yang berarti. Tak bisa dibayangkan apa yang terjadi. Suatu kaum yang gemar berperang, jika berangkat perang tidak membawa banyak perbekalan karena biasa menyantap berbagai macam daging atau bangkai hewan yang ada.

Aturan yang berlaku hanyalah hukum Elyasiq buatan Jenghis Khan. Mereka pula tidak mengharamkan sesuatupun dalam kehidupannya, tak mengenal istilah pernikahan, dan sangat mengagungkan Jenghis Khan karena diyakini bahwa dia adalah putra dari dewa matahari.

Selama 40 hari di Baghdad, mereka membunuh siapapun yang ditemui, baik laki-laki atau perempuan, anak kecil maupun orang tua, hingga warna sungai Tigris berubah menjadi merah. Banyak yang bersembunyi di dalam rumah, masjid, toko, sumur, dan tempat sampah.

Bahkan banyak pula yang mencoba bersembunyi di dalam septic tank selama berhari-hari. Namun sepertinya usaha tersebut sia-sia, karena pasukan Tartar dapat membunuh mayoritas mereka.

Tidak ada yang selamat kecuali kaum Yahudi, Nasrani, para konglomerat yang menyerahkan hartanya, serta orang-orang yang berlindung di kediaman Ibnul ‘Alqami. Mereka harus menyerahkan harta sebagai jaminan keselamatan.

Masjid-masjid yang ada dilumuri khamr (minuman keras). Dalam satu hari, lebih dari 500 ulama dibunuh. Lalu istana tersebut diberikan kepada seorang Nasrani.

Atas saran dari kaum Nasrani, Tartar memaksa penduduk Baghdad yang tersisa untuk berbuka pada siang bulan Ramadhan, memakan daging babi, dan minum khamr.

Ibnul ‘Alqami sendiri tak kalah sadisnya. Dia membunuh para ulama, seperti Syaikh Muhyiddin Yusuf dan Syaikh Shadruddin ‘Ali. Demikian pula dia membunuh para pejabat, khatib, imam, dan penghafal Al-Qur`an. Lalu menawan gadis-gadis mereka. Sehingga selama beberapa bulan tidak diadakan shalat berjamaah di masjid-masjid.

Adapun Nashiruddin at-Thusi, dia menyarankan agar buku-buku Islam yang ada di berbagai perpustakaan Baghdad untuk dibuang ke sungai. Maka seluruh karya tulis para ulama yang mereka dapati dibuang ke sungai Dajlah, hingga warna airnya berubah menjadi hitam oleh tinta selama beberapa hari.

Kota Baghdad seakan-akan tak berpenghuni, sunyi senyap mewarnai sudut-sudut kota. Linangan air mata membasahi tubuh-tubuh yang lemas terkulai. Sementara mayat-mayat bergelimpangan di jalan-jalan seperti gundukan tanah.

Di tengah puing-puing bangunan, tercium bau tidak sedap dari mayat-mayat yang mulai membusuk. Pencemaran udara tersebut menimbulkan berbagai wabah penyakit berbahaya. Hingga wabah tersebut menyebar ke Syam.

Ketakutan, kelaparan, dan isak tangis pun memecah keheningan malam kota itu. Padahal sebelumnya, Baghdad merupakan kota yang indah menawan dengan tata letak yang sangat rapi.

Sebagian dari pakar sejarah menyebutkan bahwa jumlah korban kejahatan Tartar mencapai 2.000.000 jiwa. Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un.

Pengkhianatan Pada Tahun 658 H.
------------------------ ------------------------
Pada tahun tersebut, bangsa Tartar dapat menduduki Damaskus dengan pasukan pimpinan panglima bernama Katbugho. Kota Damaskus lalu diserahkan kepada panglima Tartar bernama Ibil Siyan yang mengagungkan agama Nasrani.

Kaum Nasrani di Damaskus gembira lantas mengelilingi kota dengan membawa salib besar, membanggakan agama Nasrani, memaksa penduduk untuk berdiri mengagungkan salib. Mereka tidaklah melewati sebuah masjid melainkan menyiramkan khamr (minuman keras) di dalamnya. Kaum Nasrani juga menyiramkan khamer di atas kepala serta pakaian kaum muslimin. Mereka lalu memasuki gereja Maryam.

Ketika mendapat laporan adanya keinginan Tartar untuk menuju Mesir, maka al-Mudzaffar Quthz, raja Mesir mendahului menyerang Tartar di ‘Ain Jalut, Syam. Pasukan Islam menang dan membunuh ribuan pasukan Tartar, termasuk Katbugho. Untuk pertama kalinya, bangsa Tartar kalah dengan kekalahan besar dan berlanjut di sejumlah medan perang berikutnya.

Umat Islam di Damaskus membakar salib besar yang dulunya diarak dan membakar gereja Maryam. Di dalam masjid Jami’, mereka membunuh al-Fakhr Muhammad bin Yusuf al-Kanji. Dia adalah seorang ulama Syi’ah Rafidhah yang jahat.

Ternyata tragedi memilukan di Damaskus disebabkan oleh pengkhianatan kaum Syi’ah, termasuk al-Fakhr Muhammad bin Yusuf al-Kanji. Dialah yang merampas harta umat Islam. Bahkan dia tega berkhianat membocorkan kelemahan kaum muslimin kepada Tartar.


Pengkhianatan Pada Tahun 699 H
------------------------ ------------------------
Syi’ah Nushairiyyah dinisbahkan kepada pendirinya yang bernama Abu Syuhaib Muhammad bin Nushair. Aliran ini menuhankan ‘Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu, mencela para sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, meyakini reinkarnasi, mengingkari hari kebangkitan, serta menghalalkan khamr dan perzinaan. Sekte ini adalah pecahan dari Syi’ah Itsna Asy’ariyyah.

Pada tahun 699 H, tersiar kabar bahwa bangsa Tartar memasuki wilayah Syam di bawah kekuasaan rajanya yang bernama Qazan, cicit dari Hulako Khan. Maka pasukan Islam dari Damaskus keluar untuk menghadang laju musuh. Kedua pasukan bertemu di dekat lembah Salimah pada hari Rabu 27 Rabi’ul Awwal. Alhasil, pasukan Islam kalah dan banyak tentara Islam yang lari menyelamatkan diri.

Tak disangka, Syi’ah Nushairiyyah malah menawan, membunuh, serta merampas kuda dan persenjataan pasukan Islam yang menyelamatkan diri ke wilayah mereka, di pegunungan al-Jarad dan Kisrawan.

Pasukan Tartar membunuh siapapun yang ditemui dan melakukan kekejian di perbatasan wilayah Syam. Semua yang terjadi disebabkan adanya persekongkolan dengan kaum Syi’ah. Di antaranya dengan ulama Syi’ah bernama as-Syarif al-Qummi Muhammad al-Murtadha dan juga al-Asyil bin Nashiruddin at-Thusi yang mendapat imbalan uang sebesar seratus ribu dirham atas pengkhianatannya.


Pengkhianatan Pada Tahun 705 H
------------------------ ------------------------
Pada tahun tersebut, bangsa Tartar di bawah kekuasaan rajanya yang bernama Kharbanda, cicit dari Hulako Khan juga dapat membunuh mayoritas pasukan Halab. Hal ini disebabkan adanya pengkhianatan yang dilakukan oleh Syi’ah Nushairiyyah yang menetap di wilayah al-Jarad, al-Rafdh, dan at-Tayaminah.

Di kemudian hari, mereka (sekte syi’ah tersebut) dapat ditumpas oleh para mujahidin pimpinan seorang ulama Ahlus Sunnah bernama Ibnu Taimiyyah rahimahullah, dibantu pasukan Syam pimpinan wakil Sultan. Kaum muslimin berhasil membunuh banyak tentara Syi’ah dan menguasai mayoritas wilayah mereka.

Pengkhianatan Pada Tahun 717 H
------------------------ ------------------------
Pada tahun tersebut, seorang tokoh Syi’ah Nushairiyyah bernama Muhammad bin al-Hasan al-Mahdi al-Qaim Biamrillah bersama pengikutnya melakukan pemberontakan. Dia meyakini bahwa ‘Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu adalah tuhan, kadang-kadang beranggapan bahwa Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah penguasa negeri-negeri.

Dia bersama pasukannya keluar dengan mengafirkan umat Islam. Lalu mereka memasuki kota Jabalah, membunuh penduduknya, dan merampas harta benda. Setelahnya, mereka berhasil menghancurkan masjid-masjid, kemudian dijadikan sebagai tempat minum khamr.

Para tentara Syi’ah tersebut menyuruh kepada setiap tawanan muslim untuk mengatakan, “Bahwa tiada tuhan yang berhak untuk disembah melainkan ‘Ali, sujudlah kepada al-Mahdi tuhanmu yang menghidupkan dan mematikan,” supaya kamu tidak terbunuh dan sebuah pernyataan dituliskan untukmu.

Mereka bertekad untuk menguasai kota-kota yang ada. Namun sebelum merealisasikan hal tersebut, pasukan pemerintah islam berhasil membunuh mayoritas mereka, termasuk al-Mahdi pimpinannya.


Pengkhianatan Pada Tahun 920 H
------------------------ ------------------------
Pada tahun tersebut, pasukan Syi’ah dipimpin oleh Syah Ismail as-Shafawi menyerang kota Baghdad. Mereka membunuh penduduknya dan menghancurkan masjid-masjid yang ada. Mereka pula membongkar kuburan-kuburan kaum muslimin.

Maka daulah Utsmaniyyah mengirim pasukan untuk meredam kejahatan sekte Syi’ah tersebut. Terjadilah pertempuran yang cukup dahsyat antara kedua kubu di gurun Jalidiran. Hasil akhir pertempuran ini berpihak kepada pihak pemerintah.


Pengkhianatan Pada Tahun 933 H
------------------------ ------------------------
Pada tahun tersebut, seorang tokoh Syi’ah Rafidhah bernama Baba Dzunnun mengerahkan pasukannya untuk menduduki kota Buzghad. Berjumlah lebih dari 3.000 tentara, mereka melakukan berbagai kejahatan di kota tersebut.

Pasukan Syi’ah ini beberapa kali sempat mengalahkan pasukan pemerintah yang dikirim kepada mereka. Hingga akhirnya daulah Utsmaniyyah berhasil menumpas para pengikut Syi’ah tersebut.


Pengkhianatan Pada Tahun 928-974 H
------------------------ ------------------------
Pada rentang waktu tersebut, kota Quniyyah dan Mar’asy (di Turki) diserbu oleh pasukan Syi’ah pada masa sultan Sulaiman al-Qanuni. Tokoh Syi’ah Rafidhah bernama Qalandar Jalabi membawa pasukan sebanyak 30.000 tentara, membunuh kaum muslimin di dua kota tersebut.

Qalandar mengumumkan bahwa barangsiapa yang mampu membunuh seorang muslim, maka dia mendapat pahala yang melimpah. Di kemudian hari, mereka bisa dihancurkan oleh pemerintah.


Pengkhianatan Pada Tahun 1007 H
------------------------ ------------------------
Pada tahun tersebut, Syi’ah Rafidhah dipimpin oleh Syah Abbas as-Shafawi menduduki Baghdad. Mereka membunuh pemimpinnya dan mendirikan negara baru. Syah Abbas menetapkan hukuman bunuh atas setiap muslim, atau dibutakan kedua matanya kecuali mau pindah menjadi pengikut Syi’ah.

Syah Abbas juga menjalin kerjasama dengan bangsa Eropa untuk menghancurkan daulah Utsmaniyyah. Bersamaan dengan hal itu, Syah Abbas membolehkan penyebaran agama Nasrani dan mengijinkan pembangunan gereja-gereja. Sampai akhirnya mereka diperangi oleh daulah Utsmaniyyah pada masa sultan Marad IV. Pasukan pemerintah berhasil membunuh 20.000 tentara Syi’ah.

Pengkhianatan Pada Tahun 1250 H
------------------------ ------------------------
Pada tahun tersebut, sekte Syi’ah menyerang kota Adzaqiyyah (di Suria). Mereka membunuh kaum muslimin dan menjarah harta benda mereka di kota tersebut.

Daulah Utsmaniyyah berniat mengembalikan mereka kepada jalan yang benar. Maka dibangun masjid-masjid untuk mereka. Lalu kaum Syi’ah melaksanakan shalat di masjid-masjid tersebut.

Ketika pemerintah mengetahui bahwa mereka sudah bertaubat, maka pemerintah membiarkan mereka tinggal di sana. Setelah itu, mereka justru membakar masjid-masjid tersebut.


Pengkhianatan Pada Tahun 1339 H
------------------------ ------------------------
Pada tahun tersebut, pasukan Islam keluar hendak mengusir Perancis yang sedang menduduki Suriah. Syi’ah Itsna Asy’ariyyah yang berada di daerah Salimah dan sekitarnya malah bergabung dengan kubu Perancis menyerang pasukan daulah Utsmaniyyah.

Setelah melewati pertempuran besar, umat Islam akhirnya dapat mengalahkan pasukan gabungan tersebut. Segala puji bagi Allah subhanahu wa ta’ala yang telah menghancurkan musuh-musuh Islam.


Keruntuhan Daulah Utsmaniyyah
------------------------ ------------------------
Di akhir waktu, daulah Utsmaniyyah semakin condong kepada filsafat. Kesyirikan, kebid’ahan, dan kemaksiatan pun berkembang pesat. Ditambah dengan pendudukan Perancis atas Mesir dan Syam pada tahun 1213 H/1798 M di masa sultan Salim III. Lalu kekalahan terus berlanjut.

Diperparah dengan kekalahan pada perang dunia pertama (1914 M-1918 M) yang membuat kemerosotan dalam segala bidang. Hingga Mustafa Kamal dapat membubarkan kekhilafahan pada 3 Maret 1924 M. Sultan Abdul Majid II sendiri dilengserkan melalui parlemen Turki.

Waktu berjalan dengan cepat, bangsa Yahudi dapat menduduki Masjidil Aqsha. Mereka pula mendeklarasikan pembentukan negara pada 14 Mei 1948 M di wilayah Palestina. Keberhasilan mereka tak lepas dari makar Perancis dan Inggris. Demikian pula adanya konspirasi dengan Syi’ah di Suriah. Dan, Syi’ah Nushairiyyah di Lebanon turut bergabung dengan militer Yahudi dan Nasrani. Mereka mengatasnamakan diri sebagai Pasukan Karbala melakukan blokade, membantu pihak kafir, dan membunuh umat Islam.

Nasihat Ulama
------------------------
Imam Malik, guru Imam Syafi’i berkata tentang Syi’ah, “Jangan kamu berbincang dengan mereka, dan jangan pula meriwayatkan hadits dari mereka, karena sungguh mereka itu selalu berdusta.” (Lihat Minhajus Sunnah)
Akhir Kata

Al-Imam Abu Zur’ah ar-Razi rahimahullah berkata tentang Syi’ah, “Mereka lebih pantas untuk dicela dan mereka adalah orang-orang zindiq (menampakkan keislaman dan menyembunyikan kekafiran).” (Lihat al-Kifayah lil Khathib al-Baghdadi)

Akhir Kata
-----------------
Para pembaca yang mulia, kita tentu tercengang mendapati kenyataan ini. Diketahui bersama, bahwa kerusakan yang terjadi di muka bumi ini disebabkan oleh ulah manusia. Di mana mereka selalu bermaksiat, begitu jauh dari agama.

Semestinya kita tidak terlena oleh dunia, mau meluangkan waktu untuk menimba ilmu Islam. Bersumber dari kalam Ilahi dan tuntunan Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam, disertai pemahaman para sahabatnya yang mulia

Demikianlah selayang pandang tentang Syi’ah dalam sejarah. Sebuah potret nyata yang jarang diketahui oleh jiwa. Semoga bisa menjadi pelita dalam kegelapan dan menjadi secercah cahaya bagi pencari kebenaran.

Wallahu a’lam bish shawab.

Penulis: Ustadz Muhammad Hadi hafizhahullaahu ta’aalaa

Sumber:
http://buletin-alilmu.net/2012/12/09/rantai-pengkhianatan-syiah-dalam-lembar-sejarah-3/
http://buletin-alilmu.net/2013/12/03/pengkhianatan-syiah-bag-4/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar